Jumat, 19 April 2013

Wawancara HAR Tilaar (5) Pendidikan bukan buat ciptakan generasi malaikat

Wawancara HAR Tilaar (5)

Pendidikan bukan buat ciptakan generasi malaikat

Reporter : Islahudin, Alwan Ridha Ramdani
Jumat, 19 April 2013 09:24:39
Pendidikan bukan buat ciptakan generasi malaikat
Pakar pendidikan Henry Alexis Rudolf Tilaar. (merdeka.com/dok.)



Pendidikan Indonesia saat ini, bagi pakar pendidikan Henry Alexis Rudolf Tilaar, begitu ruwet. Mulai dari kurikulum kacau hingga kian menjamurnya lembaga bimbingan.

Bahkan, dia menyindir. Lembaga-lembaga bimbingan belajar itu lebih mencerdaskan ketimbang belajar di sekolah.

Berikut penuturan Tilaar saat ditemui Islahuddin dan Alwan Ridha Ramdani dari merdeka.com di tempat tinggalnya, Patra Kuningan Utara, Jakarta Selatan, Selasa (16/4) siang.

Bagaimana Anda melihat arah pendidikan dipimpin oleh dua menteri pendidikan terakhir ini?

Kita memiliki undang-undang sistem pendidikan nasional. Sebelumnya kita sudah memiliki tiga undang-undang pendidikan, yakni 1950, 1989, 2003. Menurut saya, undang-undang tidak ruwet dan tegas adalah undang-undang pendidikan 1950. Sampai sekarang saya hapal isinya.

Tujuan pendidikan Indonesia itu bukan membentuk malaikat seperti ingin dicapai kurikulum sekarang ini. Tidak muluk-muluk dan saya bilang kita ingin membentuk manusia susila yang cakap, serta tanggap akan kesejahteraan bangsa dan tanah airnya. Tidak ada yang lainnya. Kalau sekarang ini ditambahkan karakter dan watak-watak lainnya.

Semakin banyak watak dimasukkan dalam kurikulum, makin tidak ada yang diserap oleh siswa. Ini seperti makin banyak perkembangan gereja dan masjid, malah korupsi makin naik. Ini sudah salah pendidikan kita. Cakap yang susila menipu, sekarang tanggung jawab itu sudah tidak ada. Itu tidak usah jauh-jauh dan bisa diukur.

Sekarang pendidikan kita itu ingin membentuk 18 karakter dan macam-macam. Astagfirullah. Apa mereka mau menyiapkan malaikat dengan semua itu. Banyak yang bilang saya ini cerewet dalam hal itu. Itu tidak masalah bagi saya.

Bagaimana pandangan Anda tentang bimbingan belajar kian menjamur saat ini?

Saya sudah kasih tahu menteri akan hal itu. Sudah saya tuliskan dalam bentuk buku juga. Saya kasih contoh, tahun lalu di Korea Selatan, pemerintahnya melarang keberadaan bimbingan belajar. Sebab sama dengan Indonesia yang menggunakan ujian nasional. Ujian Nasional itu melahirkan bimbingan belajar. Mereka bukannya belajar, malah latihan soal untuk ujian nasional. Apa yang terjadi? Anak-anak Korea itu pulang sampai larut malam dan depresi.

Menteri bilang bimbingan belajar itu oke, menaikkan nilai kelulusan siswa. Tapi yang ada mematikan kreativitas siswa. Jadi hubungan ujian nasional dan lembaga bimbingan belajar ini akan mengalami titik jenuh, seperti di Korea Selatan. Mulai tahun lalu, Korea Selatan menutup lembaga bimbingan belajar, baik sifatnya terbuka atau tertutup. Ada polisi khusus mengawasi, kalau ketahuan akan ditangkap. Selain itu juga bekerja sama dengan orang tua siswa.

Lembaga bimbingan belajar kian menjamur, siapa yang pintar, sekolah apa lembaga bimbingan belajar?

Ini berkaitan dengan peningkatan ekonomi guru. Ini juga terkait status sosial guru. Selain itu, belum ada upaya pemerintah memperbaiki kualitas guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Kembali saya contohkan Finlandia. Mereka tidak mengubah kurikulum, tapi mengubah pendidikan untuk calon guru, itu yang pertama. Itu 40 tahun lalu mereka lakukan. Saya bertemu profesor dari Universitas Harvard yang menulis buku creating inovator. Dia bilang dia meneliti perkembangan pendidikan di Finlandia.

Apa yang terjadi di sana pada 1970-an? Finlandia mengubah sistem untuk sekolah tinggi mendidik calon guru. Tidak hanya dari segi pengajaran, juga dari segi mutu, proses, dan meningkatkan daya kritisnya.

Saat profesor itu bertanya tentang kurikulum di Indonesia sudah diganti, dia kaget. Dia bilang Finlandia sebelum mengubah kurikulum sudah mempersiapkan gurunya jauh-jauh hari, sejak 40 tahun lalu. Meningkatkan kemampuan gurunya. Dia bilang Indonesia hebat, hanya butuh satu tahun untuk mengubah kurikulum pendidikan. Dia bilang lagi begini, dunia akan mencatat itu sebagai rekor dunia, rekor karena kegagalannya.

Apa memang konsep kurikulum kita sekarang buruk?

Membuat konsep itu gampang. Namun yang sulit itu, berjalan di lapangan apa tidak konsep telah direncanakan itu. Belum lagi cara kementerian sekarang. Belum ada evaluasi pada kurikulum sebelumnya sudah diganti. Jangan-jangan kurikulum 2013 ini belum dilaksanakan sudah diklaim berhasil.

Kurikulum 2013 ini adalah kurikulum kita kesebelas, luar biasa sekali. Sejak merdeka kita sudah punya sebelas kurikulum. Saya bilang ke dewan guru besar ITB bulan lalu, ini namanya proyek percobaan, pendidikan proyek. Incarannya tidak seluruh tahun pelajaran itu proyeknya, tapi hanya sebagian-sebagian. Ada beberapa mata pelajaran digabung, kemudian dalam perjalanan selanjutnya akan kembali berjalan seperti biasa. Ini sudah diincar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Anda terdengar pesimistis soal pendidikan Indonesia?

Saya tidak pesimistis. Perubahan itu adalah suatu keharusan. Namun caranya tidak begini, merugikan anak didik dan menghamburkan uang rakyat. Itulah kesalahannya. Secara teoretis juga salah, fatal, karena tidak ada evaluasi apa yang terjadi di lapangan akan kurikulum sebelumnya. Kurikulum sudah diterapkan sebelumnya itu memiliki masa pelaksanaan dalam hitungan puluhan tahun, bukan lantas diganti hanya dalam satu tahun.

Saya itu pesimistis karena persiapan tidak benar dan menurut ilmu pendidikan prosesnya salah. Kurikulum ini bukan untuk eksperimen benda mati, tapi ini manusia generasi akan datang. M. Nuh bilang menyiapkan generasi emas, tapi saya melihat sebagai emas dijadikan mainan politik. Kasihan anak cucu kita ini.

Saya melihat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara teoretis memiliki nilai positif karena membangun masyarakat secara sosial, ekonomi masyarakat bawah, dan tidak menghilangkan kebhinekaan bangsa ini. Dari situ akan dikumpulkan menjadi kekuatan besar bangsa. Ini kita tunggu berdasarkan hasil evaluasi.

Jangan hanya dibuang begitu saja dengan perubahan asal-asalan itu, semua jadi bengong. Entah itu siswa dan guru. Saya kasihan sekali dengan mereka karena menjadi kelinci percobaan.

Saya diundamg Juli lalu oleh Kementerian Pendidikan. Yang ada saat itu Pak Kasim dari Balitbang dan Pak Kasim, wakil menteri. Menterinya sudah balik duluan. Saya bicara di sana, saya keberatan dengan konsep kurikulum 2013. Untuk membuat konsep baru dimulai dari evaluasi yang terjadi di lapangan, apa kekurangannya, dan ini tuga Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nah di acara itu ada pimpinannya. Saya tidak sebut nama. Dia kelihatan marah. Saya bilang apa yang dilakukan Balitbang selama ini? Belakangan saya tahu kepala Balitbang-nya baru. Pejabat lamanya mengundurkan diri karena tidak sepakat dengan usulan kurikulum baru ini.

Setelah bicara, saya ngobrol dengan Kepala Balitbang Khairil Anwar. Saya bilang Balitbang itu didirikan pada 1971 dan ada bagiannya. Salah satu bagiannya adalah kurikulum. Dia kaget karena baru tahu saya ketua bagian pengembangan kurikulum pertama, meski hanya sebentar. Kantornya itu di depan Kanisius. Waktu itu Balitbang Dikbud namanya. Dia adalah Balitbang percontohan dari departemen ada waktu itu mengenai penelitian.
[fas]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar